Kamis, 22 Desember 2011

Menunggu saksi FIFA atau mempertahankan sikap Dualisme Ketua Umum PSSI

masih terbayang jelas dalam ingatan kita semua, masyarakat pecinta sepakbola indonesia karena belum lima bulan pasca KLB PSSI di solo guna memilih ketua umum Djohar arifin sebagai pengganti Nurdin Halid sebagai nakhoda organisasi spakbola indonesia, harapan masyarakat pecinta bola indonesia pada saat itu begitu besar terhadap Djohar Arifin cs untuk membawa sepakbola tanah air ke arah yang lebih baik dan bisa berprestasi lebih, tetapi ungkapan pepatah lama "jauh panggang dari api" kini bergelayut dan menghantui publik, pemain dan insan sepakbola indonesia, bagaimana tidak ternyata ketua umum hasil KLB di solo tidak berbeda jauh dengan ketua umum sebelumnya alias setali tiga uang, dari rentetan di bentuknya Indonesia Premiere League (LPI) untuk menggantikan ISL (LSI) yang sudah berjalan penuh dan uniknya kedua liga ini berada di kasta tertinggi sepakbola indonesia, sungguh ironi dan sangat disayangkan (apakah ini ada kepentingan politik di dalamnya? entahlah kita tidak bisa berpraduga lebih jauh) tetapi yang pasti dengan adanya dualisme liga ini praktis yang dirugikan adalah pemain, club, dan publik pecinta sepakbola yang merasakan dampak luar biasa dari sikap dan arogansi djohar arifin cs yang terlalu memaksakan kehendak dan tidak berfikir secara rasional dalam menyikapi dan mengakomodir keinginan club - club yang berlaga di liga super indonesia.
dari jabaran di atas semua bukan tidak tanpa alasan, mengapa ISL lebih memilih kekeuh alias ngotot untuk menggulirkan kompetisi liga super indonesia dengan dan tanpa memperdulikan sikap PSSI nya djohar arifin yang tidak setuju dan di anggap melanggar statuta FIFA. karena itu tadi sikap dan kebijakan PSSI yang memberikan bonus kepada beberapa club peserta kompetisi LPI di musim lalu lolos praktis dan penambahan kuota degradasi terbaik untuk berlaga di IPL (baru kali ini saya dengar ada degradasi terbaik...hehehehee) hingga total IPL di ikuti 24 kontestan, sungguh luar biasa jika di fikir lagi musti menghabiskan dua musim untuk menyelasaikan satu musim kompetisi (saya tidak perlu memnghitung dengan rincian toh secara logis aja jika suatu liga di ikuti 18 - 20 tim saja sudah memakan waktu yang lama) bagaimana jika 24 klub atau tim yang berlaga dalam satu musim kompetisi sungguh tidak masuk di akal kita (tapi jangan berprasangka dulu yaa, jika para pengurus dan ketum PSSI matematika mereka jongkok...hehehehheee)
tak salah pula jika pengurus club di ISL lebih memilih untuk tetap menggulirkan pertandingan, karena mereka juga sudah bosan dengan sikap dan keputusan sepihak PSSI yang justru sangat di luar kebijakan tim.
tak salah kiranya jika kini para pecinta sepakbola dan juga penyelamat sepakbola indonesia lewat keputusan bersama meminta untuk di adakannya KLB sebagai mosi tidak percaya atas kepemimpinan Djohar Arifin cs.
terlebih dengan keluarnya surat keputusan FIFA tertanggal 22 Desember 2011 mengenai pasal 10 dan 13 tentang pelaksanaan liga atau kompetisi di suatu negara
FIFA mengingatkan, peran PSSI adalah mengatur dan mengawasi semua kompetisi di tingkat nasional dan mengontrol asosiasi sepak bola di wilayah negaranya, jika hal ini tidak dapat diselesaikan maka sanksi FIFA akan turun terhadap PSSI dan persepakbolaan indonesia (sungguh ironis dan menyedihkan, disaat publik sepakbola berharap kemajuan dan prestasi dari timnas, tetapi hal ini tidak di dengar dan di akomodir oleh organisasi tertinggi sepakbola indonesia).
sebagai masyarakat pecinta sepakbola justru saya berharap semua pihak duduk bersama menyelesaikan masalah ini dengan kepala dingin dan tanpa di tunggangi kepentingan segelintir oknum yang ingin memamfaatkan olahraga populer sekolong jagat ini sebagai objek politik dan kepentingan materi, jika hal ini masih sulit di lakukan maka dengan lapang dada pula masyarakat sepakbola indonesia berharap sanksi FIFA benar - benar di jatuhkan kepada PSSI dan sepakbola indonesia (siapa tahu dengan dijatuhkannya sanksi FIFA pengurus PSSI yang sekarang bisa menyadari kekeliruan dan kearogansian mereka dalam memimpin dan organisasi sepakbola indonesia, dan mungkin saja kita bisa melihat dengan cepat siapa yang bertahan di PSSI atau keluar dari kepengurusan, jika sanksi itu benar - benar di jatuhkan FIFA otomatis kompetisi sepakbola di indonesia tak lebih dari kompetisi tarkam saja,  yang secara perhitungan dari sudut pandang ekonomi mengakibatkan sponsor memilih kabur dan menarik dukungannya, sehingga kas dan pundi - pundi rupiah tidak mengalir ke dalam organisasi yang membuat roda organisasi PSSI akan macet, di ditu bisa kita lihat siapa yang bertahan dan siapa yang pergi, jika dia masih bertahan itu berarti pengurus yang peduli dengan sepakbola indonesia, dan jika dia hengkang dan memilih mundur dari kepengurusan PSSI akibat sanksi FIFA, maka itulah sosok atau figur yang hanya memanfaatkan PSSI sebagai ajang memperkaya diri dan kelompoknya saja..., setuju ga' dengan pendapat ini)
kini semua berpulang kepada nurani masing - masing pihak yang berkepentingan dalam menakhodai induk sepakbola indonesia khususnya PSSI, dan para insan serta pengurus club juga untuk bisa berfikir lebih bijaksana dalam menyikapai sanksi dan ancaman FIFA  ini, karena dualisme kepentingan di dalam tubuh PSSI, bersama untuk bisa bersinergi membangun iklim sepakbola yang kondusif demi gagahnya kepak sayap GARUDA Merah Putih membawa harum nama bangsa dengan prestasi sepakbola yang sesungguhnya.


dikutip dan di tulis berdasarkan data dari berbagai sumber
Sahdan kalahari (PERSIBA Balikpapan Mania)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang

Terima kasih telah bersedia mengunjugi laman blog saya, dan koreksi serta tanggapan dari anda sangat saya butuhkan untuk lebih kritis dan lebih baik lagi di masa datang

Thank's

Mengenai Saya

Foto saya
salam damai dan persahabatan.